IV. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Kehidupan dalam berbangsa dan bernegara oleh warga masyarakat dan
warga negara, untuk setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama.
Emansipasi warga masyarakat dan warga negara untuk setiap manusia Indonesia wajib dilaksanakan dan dikembangkan terus.
Rakyat Indonesia mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Adat-istiadat, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah bentuk karakter keriligiusannya rakyat Indonesia yang majemuk.
Keputusan dari semua hasil musyawarah dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan
demi kepentingan umum.
Yang menjadi pantangan antara lain yaitu tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Aturan-aturan dalam musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Tindak lanjut dengan disertai itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Antar individu, warga masyarakat, warga negara, saling
menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dipakai sebagai
hasil musyawarah.
Nasionalisme, Agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sebagai salah satu dasar daya perekat dan daya juang bangsa Indonesia.
Yang hakiki di dunia ini adalah kekuasaan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Abadiah dan kekekalan di dunia dicipta dan ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Nafkah atau rezeki umat manusia, bangsa Indonesia ada bila mau
bekerja keras, jujur dan selalu dekat, sujud memohon kepada Tuhan Yang
Maha Esa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
Gafar salah satu sifat dari Tuhan Yang Maha Esa terhadap umat manusia sebagai ciptaan-Nya.
Demokrasi sebagai salah satu bentuk dasar perwujudan
kepemimpinan rakyat Indonesia di tingkat pusat maupun daerah.
Ikrar pemimpin terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus tetap konsisten dan konsekuen untuk Bangsa dan
Negara Republik Indonesia.
Pahala besar bagi pemimpin yang tulus, lahir bathin, dan jujur mengayomi dan memperjuangkan kepentingan bangsa Indonesia.
Istana bangsa Indonesia sebenarnya adalah persatuan dan kesatuan
nurani dan naluri yang hakiki demi kepentingan bersama antara lain:
kemerdekaan, keadilan, kesejahteraan dan sebagainya.
Manusia Indonesia sebagai warga masyarakat dan warga negara
memberikan kepercayaan kepada wakil-wakilnya yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.
Pemimpin yang pandai, tegas, berani, jujur, mengayomi, bijaksana,
arif, beragama/percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diidamkan
rakyat Indonesia.
Ilham apa pun bentuk dan jenisnya dari Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa oleh pemimpin diamalkan kepada seluruh bangsa Indonesia demi
kesejahteraan dan kejayaan bersama.
Naluri dan nurani memimpin untuk jadi panutan dan pengayom terhadap yang dipimpin, dapat dibuktikan dan dinikmati bersama.
Obyektif sekali bangsa Indonesia mendapatkan pemimpin yang sehat
jasmani dan rohani serta syarat lainnya seperti tersebut di atas.
Loyal sekali bangsa Indonesia terhadap pemimpin yang benar-benar dapat jadi panutan, pengayom, jujur dan sebagainya.
Eksistensi bangsa Indonesia sedang gandrung-gandrung kepada
pemimpin yang memang dapat dan sah untuk memimpin serta dapat ridho
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan antara bangsa Indonesia dengan pemimpinya ibarat air
dengan ikan, antara tanah dan pohon, antara kawula dan Gusti, dan
sebagainya.
Hanya Tuhan Yang Maha Esa atas segala ridho-Nya itu bangsa Indonesia dapat melaksanakan dan menikmatinya.
Ikhlas dari hati nurani bangsa Indonesia dan demi tercapainya keputusan
akurat dan tegas, adil dan mengayomi kepentingan bersama.
Kalbu bangsa Indonesia betul-betul fokus kepada cita-cita
bersama bangsa Indonesia antara lain: kemerdekaan, damai, adil,
sejahtera dan sebagainya.
Mahmud bagi yang memimpin bangsa Indonesia, bila pemimpin
tersebut betul-betul melaksanakan dan bertanggung jawab atas ”Sumpah
Setia”nya kepada bangsa Indonesia yang disaksikan oleh-Nya.
Akbar nilai dan rasa memilikinya bangsa Indonesia tentang rasa adil, damai, tenang, sejahtera dan sebagainya.
Tahkik keadaan yang baik dari keadaan yang buruk, pemimpin harus dapat melaksanakan hal tersebut.
Keputusan apa pun bentuk dan jenisnya pemimpin harus konsisten dan konsekuen dalam pelaksanaannya.
Egoistis dari pemimpin wajib dihindari, karena hal ini dapat
menjadi salah satu sumber malapetaka untuk seluruh bangsa Indonesia.
Budaya bangsa Indonesia yang religius dan majemuk sebagai salah
satu dasar pertimbangan nurani dan naluri untuk setiap mengambil
keputusan di dalam mufakat.
Iradah dari pemimpin di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan
Jujur dan arief nurani pemimpin di dalam memberikan tuntunan, serta konsekuen dalam pelaksanaannya.
Adil dan ngayomi kepentingan bangsa Indonesia untuk pemimpin yang
betul-betul orientasinya kepada kepentingan seluruh bangsa Indonesia.
Kepercayaan dan tanggung jawab untuk memimpin betul-betul
dilaksanakan dengan dasar hati yang tulus dan ikhlas, demi kepentingan
seluruh bangsa Indonesia.
Semangat kebersamaan dalam hidup berbangsa dan bernegara, untuk mencapai kesejahteraan sosial yang adil dan beradab.
Adab dalam bersikap dan santun dalam berbicara, sebagai irama krida pemimpin di dalam kepemimpinannya.
Nurani dan naluri untuk modal dasar pemberian dari Tuhan Yang
Maha Esa, penting dipahami dan dihayati betul bagi pemimpin bangsa
Indonesia.
Arogansi dan lupa diri pantangan untuk semua pemimpin bangsa Indonesia.
Ambek paramarta kebijakan dari pemimpin, demi tercapainya keadilan dan kesejahteraan bersama bagi seluruh bangsa Indonesia.
Nalar dari semua keputusan musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan nurani yang jujur.
Damai dan tenang suasana dalam rapat musyawarah untuk mufakat
memutuskan suatu keputusan yang baik oleh pemimpin bangsa Indonesia.
Aman dalam lahir dan batin, tidak ada ancaman atau tekanan dari
pihak manapun secara pribadi maupun bentuk kelompok atau golongan,
dalam musyawarah dan mufakat membuat suatu keputusan untuk kepentingan
bersama.
Lalim dan batil pantangan buat pemimpin Indonesia untuk sepanjang masa.
Angkara murka buat pemimpin bangsa Indonesia tidak dapat diterima
oleh nalar, nurani dan naluri bangsa Indonesia untuk sepanjang masa.
Manusia Indonesia ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa yang religius dan majemuk budayanya.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia adalah bentuk komitmen nasional bangsa Indonesia terus dikembangkan.
Emansipasi peranan perempuan terhadap kaum laki-laki dalam
kepemimpinan bangsa Indonesia untuk keadilan sosial dan kemanusiaan
yang beradab.
Rahayu bagi setiap pemimpin bangsa Indonesia yang tulus ikhlas, lahir-batin memperjuangkan dan mengayomi kepentingan rakyat.
Maha Esa, Maha Adil, Maha Pengasih lagi Maha penyayang atas
segala bentuk dan jenis ridh-Nya, yang dianugrahkan kepada pemimpin dan
seluruh bangsa Indonesia.
Uniknya kemajemukan budaya Indonesia dan religiusitasnya bangsa
Indonesia, adalah salah satu ciri khas kepribadian bangsa Indonesia.
Sejarah bangsa dan negara Indonesia telah membuktikan adanya
proses terbentuknya kepribadian nasional bangsa Indonesia yaitu yang
terkandung dalam Tri Makna Kemerdekaan bangsa Indonesia.
Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa atas segala ridho-Nya telah melindunginya untuk sepanjang masa.
Amanah dari Tuhan Yang Maha Esa melalui agama dan kepercayaan, wajib dilaksanakan oleh bangsa indonesia secara sakral sifatnya.
Warisan nenek moyang dan pendiri bangsa salah satunya bentuk permusyawaratan untuk mufakat.
Asah, asuh, asih, dasar dari permusyawaratan antar anak bangsa Indonesia demi tercaapainya cita-cita bersama.
Rakyat Indonesia mempunyai tradisi yang majemuk dan religiusitas yang tinggi.
Adiluhung budaya bangsa Indonesia wajib dipertahankan, hal ini sebagai salah satu dasar pendidikan nasional kita.
Tantangan apa pun bentuk dan jenisnya dapat diatasi melalui permusyawaratan.
Abdi negara itulah simbol nurani pemimpin bangsa Indonesia.
Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai wahana kiprahnya pemimpin bangsa Indonesia.
Pola pikir para leluhur dan pendiri bangsa mempunyai dasar isme kebersamaan dan perwakilan.
Etos kerja bangsa Indonesia penuh semangat juang dengan semboyan
”rame ing gawe sepi ing pamrih”(banyak kerja tapi sedikit kepentingan).
Republik Indonesia dapat dibentuk karena budaya juang sebagai motornya, yaitu budaya bersama-sama berjuang untuk merdeka.
Wahana apa pun bentuk dan jenisnya bila demi kepentingan luhur untuk bangsa Indonesia, dapat diakui dan dikembangkan terus.
Atas nama bangsa Indonesia untuk para pemimpin bangsa supaya
tulus dan ikhlas serta bertanggung jawab di dalam melaksanakan
tugasnya.
Kerja keras dan membanting tulang dengan semangat juang serta
gotong royong sebagai salah satu bentuk dari dasar kridanya
pemimpin/abdi rakyat.
Indahnya hidup bangsa Indonesia karena hati nuraninya senang dan nalurinya bahagia merdeka.
Lahir, hidup, dan mati itulah kekuasaan Sang Pencipta/Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ampuh atau sakti apa pun bentuk dan jenisnya manusia
Indonesia/bangsa Indonesia, tidak dapat menyelesaikan sendiri tentang
masalah negara Indonesia.
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah milik bangsa Indonesia,
maka semua masalah negara harus dipecahkan oleh seluruh bangsa
Indonesia yang melalui perwakilan/para pemimpin yang dipercaya oleh
rakyat.